<p>REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Uberjek Trans Indonesia meramaikan pasar ojek online dengan meluncurkan jasa atau layanan serupa dengan nama Uberjek mulai 2016.<br />Direktur Utama Uberjek Aris Wahyudi mengatakan Uberjek punya ciri khas yang berbeda dengan ojek online lainnya yakni pengemudi tidak menggunakan seragam. Hal itu dilakukan untuk lebih menampilkan sebagai <em>private</em> ojek atau ojek pribadi.<br />Ia menjelaskan berdasarkan hasil survei, 47 persen penumpang lebih suka naik ojek berseragam dan 53 persen lainnya tidak. <br /><br />"Dengan mengusung moto 'everyone's private ojek' atau ojek pribadi bagi setiap orang, maka penumpang kami sebut 'boncenger', tidak sebagai penumpang ojek," katanya, Rabu (21/10).<br /><br />Ia mengatakan Uberjek memiliki sejumlah strategi agar bisa berkembang. Misalnya, jumlah pengemudi dibatasi hanya 8 ribu orang. Dengan demikian, mereka bisa mendapatkan omzet hingga Rp 8 juta per bulan. <br /><br />"Kedua, pengemudi tidak menggunakan seragam, dengan demikian bisa meraup 53 persen penumpang sisanya," katanya.<br /><br />Ketiga, lanjut dia, memberikan hadiah kepada penumpang, mulai dari harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Hadiah tersebut bisa berupa pulsa, telepon pintar, umroh hingga mobil.<br /><br />Ia menyakini bisa bersaing dengan ojek online lainnya karena melihat kebutuhan pasar belum sepenuhi terpenuhi. <br /><br />"Kami hadir untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan menawarkan karakter berbeda, yakni tidak menggunakan seragam," katanya.</p>
↧